Tanggal 21 Februari ditetapkan Pemerintah sebagai Hari Peduli Sampah Nasional. Penetapan tanggal 21 februari sebagai peringatan terjadinya peristiwa longsor pembuangan sampah terbuka yang menimbulkan banyak korban manusia di lokasi penumpukan sampah terbuka (open dump) Leuwigajah – Jawa Barat.
Masalah sampah merupakan masalah kita bersama. Tiap individu dalam aktivitas sehari – hari selalu memproduksi sampah namun kesadaran masing – masing dalam mengelola sampah belum dilakukan dengan benar sehingga menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan sekitarnya.
Sampah seharusnya dikelola sejak dari hulu / sumbernya ( rumah tangga, perkantoran, hotel, niaga, sekolah, pusat rekreasi hingga fasilitas publik lainnya ) sehingga dapat terkendali sebelum menuju tempat pembuangan akhir.
Mengingat sampah yang terdiri atas material organik yang mudah terurai secara alami dan material non organik yaitu: kertas, kayu, logam, plastik, kaca, masih memiliki nilai ekonomi maka banyak masyarakat baik individu maupun komunitas saat ini banyak melakukan aktivitas yang dikenal dengan 3R ( Reduce = mengurangi, Reuse = mengguna ulang, Recycle = mendaur ulang ).
Gerakan mengurangi sampah yang terkait dengan plastik seperti “Diet Plastik” ( mengurangi penggunaan kantong plastic ) mulai banyak dilakukan masyarakat sadar lingkungan ( darling ) dengan antara lain membawa tas belanja pengganti kantong plastik.
Reuse bisa dijumpai selain barang plastik juga kertas, kayu dan gelas / kaca.
Kegiatan mendaur ulang sampah telah melahirkan berdirinya bank sampah dengan tujuan menjaga kebersihan dan memperoleh keuntungan ekonomi.
Nasabah di bank sampah memilah dan mengumpulkan material non organic : plastik, kertas, kaca, kayu, kemudian membawa ke bank sampah untuk dilakukan penimbangan dan selanjutnya berganti dengan buku catatan yang merekam tabungan sampah nasabah. Sebagai contoh Bank sampah Mega Lestari di Sanur Denpasar yang saat ini memiliki nasabah sekitar 3000 orang demikian pula Bali Wastu Lestari yang membina sekitar 60 bank sampah tercatat memiliki 6000 orang nasabah.
Adanya bank – bank sampah menunjukkan masyarakat sadar dan sensitif terhadap sampah. Menjadi lebih peduli lingkungan yang dapat merusak hanya karena sembarangan membuang sampah.
Uang simpanan hasil pemilahan sampah non organik dimanfaatkan untuk membayar tagihan listrik, air, iuran BPJS kesehatan hingga pembelian pulsa telepon.
Bagi mereka yang kreatif sampah plastik banyak diolah menjadi barang barang kerajinan.
Melihat potensi yang dimiliki sampah maka kita perlu lakukan perubahan “Gaya Hidup” dengan peduli sampah untuk kelangsungan lingkungan yang hijau, sehat dan terhindar dari bencana alam.
AYO KITA PEDULI SAMPAH
LAKUKAN PENGELOLAAN SAMPAH DI MULAI DARI DIRI SENDIRI
13 Maret 2018
Melania Jakarta